Moda Roda Tiga yang Melekat di Kota-Kota Indonesia
Kategori : Sejarah & Budaya
Subkategori : Transportasi Tradisional | Kendaraan Khas Indonesia
Becak Masuk Indonesia : abad 20 | tahun 1930
____ Artikel Update on 04 July 2025 ____
Becak adalah kendaraan beroda tiga yang digerakkan oleh tenaga manusia maupun mesin, dan telah menjadi bagian dari wajah transportasi tradisional Indonesia selama puluhan tahun. Dalam banyak kota besar dan kecil di Nusantara, kendaraan ini tidak hanya menjadi alat transportasi tetapi juga simbol kearifan lokal dan ekonomi kerakyatan.
Nama “becak” sendiri diyakini berasal dari bahasa Hokkien, yaitu “bé-chhia” yang berarti “kereta kuda”. Istilah ini kemudian melekat pada kendaraan roda tiga yang khas di Asia Tenggara, terutama Indonesia.
Ciri Umum dan Kapasitas
Secara umum, becak memiliki konfigurasi satu kursi pengemudi dan satu bangku penumpang yang bisa diisi oleh dua orang. Posisi tempat duduk penumpang biasanya di depan, sementara pengemudi berada di belakang dan mengayuh menggunakan pedal, atau mengoperasikan motor jika menggunakan mesin. Selain untuk transportasi orang, becak juga sering dimodifikasi sebagai kendaraan angkut barang di beberapa kota.
Penyebutan Nama di Berbagai Daerah
Meski populer dengan nama “becak”, beberapa daerah memiliki penyebutan lokal. Misalnya, di kawasan Jatiasih dan Cibubur kendaraan ini dikenal dengan sebutan kereta, sementara di Jonggol disebut kreta panumpang. Di Depok, istilah bicak kadang digunakan masyarakat setempat untuk merujuk pada becak.
Jenis Becak Berdasarkan Tenaga Penggerak
Merupakan jenis paling klasik yang menggunakan tenaga otot manusia untuk mengayuh pedal, mirip seperti sepeda. Jenis ini banyak dijumpai di Pulau Jawa, Bali, dan beberapa kota di Sulawesi.
Varian ini menggunakan mesin sepeda motor sebagai sumber tenaga. Populer di kota-kota Sumatra Utara, Sulawesi, dan Kalimantan. Bentor merupakan singkatan dari “becak motor”
Ditemukan terutama di wilayah Sumatra, khususnya Sumatra Utara. Dalam desain ini, mesin atau pengayuh berada di samping atau bahkan di depan penumpang. Posisi ini dianggap memberi stabilitas lebih pada kecepatan tinggi, terutama pada becak bermotor.
Struktur dan Desain dasar becak umumnya terdiri atas:
- Tiga Roda: Dua di depan untuk menopang tempat duduk penumpang, satu di belakang untuk pengemudi.
- Poros Depan: Poros tetap menghubungkan dua roda depan dan memungkinkan kemudi saat berbelok.
- Tempat Duduk Penumpang: Terletak di depan, seringkali dilengkapi atap pelindung dan penutup plastik transparan yang hanya digunakan saat hujan.
- Peredam Kejut: Biasanya terdapat pada roda depan dengan sistem pegas atau daun per.
- Sistem Rem Manual: Rem digerakkan oleh tuas sederhana yang berada di bawah tempat duduk pengemudi.
- Desain ini memiliki kemiripan dengan gerobak barang dari Belanda yang disebut bakfiets, yang juga menggunakan sistem pedal dan pengangkut di bagian depan.
Pro dan Kontra Kehadiran Becak
Keunggulan Becak:
Ramah lingkungan karena tidak menimbulkan polusi udara (kecuali jenis bermotor).
Nyaman dan tidak menimbulkan kebisingan.
Berpotensi sebagai daya tarik wisata budaya, terutama di kota-kota heritage seperti Yogyakarta dan Solo.
Kritik terhadap Becak:
Dinilai lambat dan menghambat arus lalu lintas di kota besar.
Kerap dianggap kurang estetis karena desain yang dianggap ketinggalan zaman.
Dianggap sebagai bentuk eksploitasi tenaga manusia, terutama di kota modern.
Larangan Becak di Jakarta
Jakarta adalah satu-satunya kota di Indonesia yang secara resmi melarang becak sejak akhir 1980-an. Pemerintah DKI melalui Perda tahun 1988 menetapkan becak sebagai kendaraan yang tidak sesuai dengan prinsip modernisasi kota. Alasan utama pelarangan adalah anggapan bahwa profesi pengayuh becak menggambarkan “eksploitasi manusia atas manusia”.
Sebagai gantinya, transportasi alternatif diperkenalkan, seperti helicak, bajaj, dan kemudian ojek sepeda motor. Namun, larangan ini masih menjadi kontroversi, terutama dari sisi perlindungan terhadap mata pencaharian warga kecil.
Becak dalam Perspektif Wisata dan Budaya
Di banyak kota yang masih mengizinkan becak beroperasi, kendaraan ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kota dan objek wisata. Turis lokal maupun mancanegara sering memilih naik becak untuk berkeliling tempat wisata, mengunjungi pasar tradisional, atau sekadar merasakan pengalaman unik berkendara secara pelan.
Beberapa komunitas kreatif bahkan mengecat becak dengan warna-warni cerah, lukisan lokal, dan tema seni budaya untuk menarik perhatian wisatawan.
Penutup
Becak adalah warisan budaya dan sejarah Indonesia yang tidak hanya mencerminkan mobilitas, tetapi juga perjuangan ekonomi masyarakat. Di tengah derasnya arus modernisasi dan teknologi, becak tetap berdiri sebagai lambang dari kearifan lokal dan transportasi yang bersahabat dengan lingkungan.
Sebagian besar kota di Indonesia masih mempertahankan becak sebagai bagian dari sistem transportasi tradisional dan wisata kota. Meski menghadapi tantangan dari zaman, jejak becak tetap abadi di hati masyarakat Indonesia.
TAG :
#becak #transportasitradisional #sejarahindonesia #budayanusantara #rodatiga #kendaraankuno #kisahkota #heritageindonesia #wisatabudaya #jejaksejarah
Referensi dan Tautan
🟦 Klik di sini untuk langsung menemukan kami di halaman utama!
🔗 Kunjungi Halaman Utama Sekarang
🌐 Atau coba versi alternatif akses Lebih Cepat? Di bawah ini 👇:
🔗 Buka Halaman Utama Alternatif
Artikel Update by Lumisight
Sudah Baca yang Ini?
Temukan Insight Lainnya di Artikel Berikut :
